Cubhien
semoga blog ini bisa menjadi sarana berbagi manfaat bagi semua. berbagi ilmu dan pengalaman.
Friday 29 July 2016
Friday 22 July 2016
Asuhan Keperawatan Efusi Pleura
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA
I. DEFENISI
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan
( terjadi penumpukkan cairan dalam rongga pleura).Efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau
pus.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari
dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa
cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu
penyakit paru, 1994, 111).
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit
lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viseral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa
adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura
visceralis).
II.
ETIOLOGI
- Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
- Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
- Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
- Penurunan tekanan osmotic koloid darah
- Peningkatan tekanan negative intrapleural
- Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
- Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.
- Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan perikarditis.
- Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.
- Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.
- Trauma
- Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms nefrotik dan uremia
III.
MANIFESTASI KLINIS
- Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit
- Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak sputum.
- Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
- Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
- Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
- Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
ANATOMI FISIOLOGI
Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari; sel-sel
mesotelial, jaringan ikat, pembuluh–pembuluh darah kapiler, dan
pembuluh–pembuluh getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan
paru–paru dari dinding dada dan mediastinum.Pleura terdiri dari 2 lapisan yang
berbeda yakni pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini
bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua
pleura ini yakni:
- Pleura viseralis, bagian permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 um). Diantara celah–celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Dibawah sel–sel mesotellial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya dibawah ini (dinamakan lapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan serat–serat elastik. Pada lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari Arteri pulmonalis dan Arteri brakialis serta pembuluh getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseral ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.
- Pleura parietalis, disini lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri juga dari sel-sel mesotelial dan jaringan ikat (jaringan kolagen dan serat–serat elastik). Dalam jaringan ikat ini terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan arteri mammaria interna, pembuluh getah bening dan banyak reseptor saraf – saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Sistem persyarafan ini berasal dari nervus interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah, tapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada diatasnya.
V.
PARASITOLOGI
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara
cairan dan protein dalam rongga pleura.dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.Filtrasi
ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial
submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk kedalam rongga
pleura.Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
Pada umumnya, efusi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat) ,
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma
(transudat). Efusi yang berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas pleura parietalis sekunder ( akibat samping) terhadap
peradangan atau adanya neoplasma.
Klien dengan pleura normal pun dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi
payah jantung/gagal jantung kongestif.Saat jantung tidak dapat memompakkan
darahnya secara maksimal keseluruh tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya timbul hipertensi kapiler sistemik
dan cairan yang berada didalam pembuluh darah pada area tersebut bocor dan
masuk kedalam pleura, ditambah dengan adanya penurunan reabsorbsi cairan tadi
oleh kelenjar limfe di pleura mengakibatkan pengumpulan cairan yang
abnormal/berlebihan.Hipoalbuminemia (misal pada klien nefrotik sindrom,
malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites dan edema anasarka) akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan pembentukkan cairan pleura dan reabsorbsi
yang berkurang.Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan pada tekanan onkotik
intravaskular yang mengakibatkan cairan akan lebih mudah masuk kedalam rongga
pleura.
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru, sebagian akan bergantung pada
kekakuan relatif paru dan dinding dada.Pada volume paru dalam batas pernapasan
normal, dinding dada cenderung rekoil keluar sementara paru-paru cenderung
untuk rekoil kedalam.
VI.
WOC
VII. KLASIFIKASI
Klasifikasi efusi pleura berdasarkan cairan yang
terbentuk (Suzanue C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002).
1) Transudat
Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh,
terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan
pleura terganggu yaitu karena ketidakseimbangan tekanan hidrostaltik atau
ankotik.
Transudasi menandakan kondisi seperti asites, perikarditis. Penyakit gagal
jantung kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan.
2) Eksudat
Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas. Sebagai akibat
inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya TBC,
trauma dada, infeksi virus.
Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif. TBC,
pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma bronkogenik, serosis
hepatis, embolisme paru, infeksi parasitik.
VIII. KOMPLIKASI
Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan
membrane-membran pleura tersebut.
Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru.
IX.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar Tembus Dada
Yang dapat terlihat dalam foto efusi pleura adalah terdorongnya mediastinum
pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Akan tetapi, bila terdapat atelektasis
pada sisi yang bersamaan dengan cairan, mediastinum akan tetap pada tempatnya.
Torakosintesi
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun
terapeutik. Torakosentesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi
aspirasi adalah pada bagian bawah paru disela iga ke-9 garis aksila posterior
dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan
sebaiknya tidak lebih dari 1000-1.500 cc pada setiap kali aspirasi. Jika
aspirasi dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak, maka akan menimbulkan syok
pleural ( hipotensi ) atau edema paru. Edema paru terjadi karena paru-paru
terlalu cepat mengembang.
Biopsi Pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat
menunjukkan 50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura.
Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsi ulangan.
Komplikasi biopsi adalah pneumotorak, hemotorak, penyebaran infeksi atau tumor
pada dinding dada.
Pendekatan pada Efusi yang tidak terdiagnosis
Pemeriksaan penunjang lainnya:
ü Bronkoskopi: pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, abses
paru.
ü Scanning isotop: pada kasus-kasus dengan emboli paru.
ü Totakoskopi ( fiber-optik pleuroscopy ) : pada kasus dengan
neoplasma atau TBC.
PERBEDAAN CAIRAN TRANSUDAT DAN
EKSUDAT
No
|
|
Transudat
|
Eksudat
|
1
|
Warna
|
Kuning pucat, jernih
|
Jernih,keruh,purulen,hemoragik
|
2
|
Bekuan
|
–
|
-/+
|
3
|
Berat jenis
|
< 1018
|
>1018
|
4
|
Leukosit
|
<1000Ul
|
Bervariasi,>1000uL
|
5
|
Eritrosit
|
Sedikit
|
Biasanya banyak
|
6
|
Hitung jenis
|
MN(limfosit/mesotel)
|
Terutama polimorfonuklear (PMN)
|
7
|
Protein total
|
<50% serum
|
>50% serum
|
8
|
LDH
|
<60% serum
|
>60% serum
|
9
|
Glukosa
|
= plasma
|
=/<plasma
|
10
|
Fibrinogen
|
0,3- 4 %
|
4-6 % atau lebih
|
11
|
Amilase
|
–
|
>50% serum
|
12
|
Bakteri
|
–
|
-/+
|
X.
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab yang mendasari untuk mencegah
kembali penumpukan cairan, dan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman serta
dispnea. Pengobatan spesifik diarahkan pada penyebab yang mendasari.
- Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, mengumpulkan spesimen untuk analisis, dan menghilangkan dispnea.
- Selang dada dan drainase water-seal mungkin diperlukan untuk pneumotoraks ( kadang merupakan akibat torasentesis berulang )
- Obat dimasukkan kedalam ruang pleural untuk mengobliterasi ruang pleura dan mencegah penumpukan cairan lebih lanjut.
- Modalitas pengobatan lainnya : radiasi dinding dada, operasi pleuraktomi, dan terapi diuretik.
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
1.
PENGKAJIAN
- Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat),
pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain. (dr. Hendrawan Nodesul,
1996. Hal 1).
- Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama
pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
- Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,
nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari
pengobatan.
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
- Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta
tuberkulosis paru yang kembali aktif.
- Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
- Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain (dr. Hendrawan Nodesul, 1996).
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain (dr. Hendrawan Nodesul, 1996).
- Pola fungsi kesehatan
a. Pola
persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan
persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok,
minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi
timbulnya penyakit.
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –
desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah
yang sumpek.
b. Pola nutrisi
dan metabolik
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari
sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan
terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya
lemah.
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
c. Pola
eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi
dan defekasi sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain
akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik
otot-otot tractus degestivus.
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi.
d. Pola
aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan
cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga
akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi
kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas.
e. Pola tidur
dan istirahat
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat, selain itu akibat perubahan
kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan
terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
f. Pola
hubungan dan peran
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan
peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan
fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.
Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua
itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien.
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit
menular.
g. Pola sensori
dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran)
tidak ada gangguan.
h. Pola
persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat,
tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam,
pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan
mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif
terhadap dirinya. Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi
dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
i.
Pola reproduksi dan seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan
terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi
fisiknya masih lemah.
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
j.
Pola penanggulangan stress
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress
dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya
atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
k. Pola tata
nilai dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan
dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.
- Pemeriksaan fisik
- Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku
pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan
berat badan pasien.
Diagnosa Keperawatan yang sering muncul pada
klien dengan efusi pleura
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, mucosa
skret berlebihan.
2.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler - alveolar
3.
Nyeri akut
berhubungan dengan agen injury: fisik
4.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan
5.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi inadekuat, faktor
biologi, seseg
6.
Risiko
infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh primer (cairan tubuh
statis), prosedur invasiv
7.
kurang
pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang familier terhadap
informasi, terbatasnya kognitif
8.
Cemas
berhubungan dengan status kesehatan
RENPRA EFUSI PLEURA
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya
scret mucus
|
Setelah dilakukan askep … jam Status
respirasi: terjadi kepatenan jalan nafas dg KH:Pasien tidak sesak nafas,
auskultasi suara paru bersih, tanda
vital dbn.
|
Airway
manajemenn
·
Bebaskan
jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.
·
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi
pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.
·
Pasang ET
jika memeungkinkan
·
Lakukan
terapi dada jika memungkinkan
·
Keluarkan
lendir dengan suction
·
Asukultasi
suara nafas
·
Lakukan
suction melalui ET
·
Atur
posisi untuk mengurangi dyspnea
·
Monitor
respirasi dan status oksigen jika memungkinkan
Airway
Suction
·
Tentukan
kebutuhan suction melalui oral atau tracheal
·
Auskultasi
suara nafas sebelum dan sesudah suction
·
Informasikan
pada keluarga tentang suction
·
Masukan
slang jalan afas melalui hidung untuk memudahkan suction
·
Bila
menggunakan oksigen tinggi (100% O2) gunakan ventilator atau
rescution manual.
·
Monitor
status O2 pasien dan status hemodinamik sebelum, selama, san
sesudah suction.
·
Suction
oropharing setelah dilakukan suction trachea.
·
Bersihkan
daerah atau area stoma trachea setelah dilakukan suction trachea.
·
Hentikan
tracheal suction dan berikan O2 jika pasien bradicardia.
·
Catat type
dan jumlah sekresi dengan segera
|
2
|
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler - alveolar
|
Setelah
dilakukan askep … jam Status pernafasan seimabang antara kosentrasi udara dalam
darah arteri dg KH:
·
Menunjukkan
peningkatan Ventilasi dan oksigen cukup
·
AGD dbn
|
Airway Manajemen
·
Bebaskan
jalan nafas
·
Dorong
bernafas dalam lama dan tahan batuk
·
Atur
kelembaban udara yang sesuai
·
Atur
posisi untuk mengurangi dispneu
·
Monitor
frekuensi nafas b/d penyesuaian oksigen
Monitor
Respirasi
·
Monitor
kecepatan,irama, kedalaman dan upaya bernafas
·
Catat
pergerakan dada, lihat kesimetrisan dada, menggunakan alat bantu dan retraksi
otot intercosta
·
Monitoring
pernafasan hidung, adanya ngorok
·
Monitor
pola nafas, bradipneu, takipneu, hiperventilasi, resirasi kusmaul dll
·
Palpasi
kesamaan ekspansi paru
·
Perkusi
dada anterior dan posterior dari kedua paru
·
Monitor
kelelahan otot diafragma
·
Auskultasi
suara nafas, catat area penurunan dan atau ketidakadanya ventilasi dan bunyi
nafas
·
Monitor
kegelisahan, cemas dan marah
·
Catat
karakteristik batuk dan lamanya
·
Monitor sekresi
pernafasan
·
Monitor
dispneu dan kejadian perkembangan dan perburukan
·
Lakukan
perawatan terapi nebulasi bila perlu
·
Tempatkan
pasien kesamping untuk mencegah aspirasi
Manajemen asam Basa
·
Kirim
pemeriksaan laborat keseimbangan asam basa
( missal AGD,urin dan tingkatan serum)
·
Monitor
AGD selama PH rendah
·
Posisikan
pasien untuk perfusi ventilasi yang optimum
·
Pertahankan
kebersihan jalan udara (suction dan terapi dada)
·
Monitor
pola respiorasi
·
Monitor
kerja pernafsan (kecepatan pernafasan
|
3
|
Nyeri akut berhubungan dengan agen injury: fisik
|
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan …. jam tingkat
kenyamanan klien meningkat dg KH:
· Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala
2-3
· Ekspresi wajah tenang
· klien dapat istirahat dan tidur
· v/s dbn
|
Manajemen
nyeri :
·
Lakukan
pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
·
Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
·
Gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
·
Kontrol
faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
·
Kurangi
faktor presipitasi nyeri.
·
Pilih dan
lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
·
Ajarkan
teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
·
Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri.
·
Evaluasi
tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
·
Kolaborasi
dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
Administrasi
analgetik :.
·
Cek
program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
·
Cek
riwayat alergi..
·
Tentukan
analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
·
Monitor TV
·
Berikan
analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
·
Evaluasi
efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
|
4
|
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan
|
Kriteria Hasil:
·
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dgn TD, HR, RR yang sesuai
·
Warna kulit
normal,hangat&kering
·
Memverbalisasikan
pentingnya aktivitas secara bertahap
·
Mengekspresikan pengertian pentingnya keseimbangan latihan &
istirahat
·
↑toleransi aktivitas
|
NIC:
Toleransi aktivitas
· Tentukan
penyebab intoleransi aktivitas & tentukan apakah penyebab dari fisik,
psikis/motivasi
· Kaji
kesesuaian aktivitas&istirahat klien sehari-hari
· ↑
aktivitas secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dapat perubahan
posisi, berpindah&perawatan diri
· Pastikan
klien mengubah posisi secara bertahap. Monitor gejala intoleransi aktivitas
· Ketika
membantu klien berdiri, observasi gejala intoleransi spt mual, pucat, pusing,
gangguan kesadaran&tanda vital
· Lakukan
latihan ROM jika klien tidak dapat menoleransi aktivitas
|
5
|
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d ketidak
mampuan pemasukan b.d faktor biologis
|
·
Mengkonsumsi
nutrisi yang adekuat.
·
Identifikasi
kebutuhan nutrisi.
·
Bebas dari
tanda malnutrisi.
|
Managemen
nutrisi
·
Kaji pola
makan klien
·
Kaji
kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya
·
Anjurkan
pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
·
kelaborasi
dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
·
tingkatkan
intake protein, zat besi dan vit c
·
monitor
intake nutrisi dan kalori
·
Monitor
pemberian masukan cairan lewat parenteral.
Nutritional terapi
§ kaji
kebutuhan untuk pemasangan NGT
§ berikan
makanan melalui NGT k/p
§ berikan
lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan
§ monitor
penurunan dan peningkatan BB
§ monitor
intake kalori dan gizi
|
6
|
·
Bebas dari
tanda dangejala infeksi.
·
Keluarga
tahu tanda-tanda infeksi.
·
Angka
leukosit normal.
|
Kontrol infeksi.
§ Batasi pengunjung.
§ Bersihkan
lingkungan pasien secara benar setiap setelah digunakan pasien.
§ Cuci
tangan sebelum dan sesudah merawat pasien, dan ajari cuci tangan yang
benar.
§ Pastikan
teknik perawatan luka yang sesuai jika ada.
§ Tingkatkan
masukkan gizi yang cukup.
§ Tingkatkan
masukan cairan yang cukup.
§ Anjurkan
istirahat.
§ Berikan
therapi antibiotik yang sesuai, dan anjurkan untuk minum sesuai aturan.
§ Ajari
keluarga cara menghindari infeksi serta tentang tanda dan
gejala infeksi dan segera untuk melaporkan keperawat kesehatan.
§ Pastikan
penanganan aseptic semua daerah IV (intra vena)
Proteksi infeksi.
§ Monitor
tanda dan gejala infeksi.
§ Monitor
WBC.
§ Anjurkan
istirahat.
§ Ajari
anggota keluarga cara-cara menghindari infeksi dan tanda-tanda
dan gejala infeksi.
§ Batasi
jumlah pengunjung.
§ Tingkatkan
masukan gizi dan cairan yang cukup
|
|
7
|
Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan
kurang paparan dan keterbatasan kognitif keluarga
|
·
Keluarga
menjelaskan kembali yg dijelaskan
·
Keluarga
kooperative dan mau kerjasama saat dilakukan tindakan
|
Mengajarkan
proses penyakit
·
Kaji
pengetahuan keluarga tentang proses penyakit
·
Jelaskan
tentang patofisiologi penyakit dan tanda gejala penyakit
·
Beri
gambaran tentaang tanda gejala penyakit kalau memungkinkan
·
Identifikasi
penyebab penyakit
·
Berikan
informasi pada keluarga tentang keadaan pasien, komplikasi penyakit.
·
Diskusikan
tentang pilihan therapy pada keluarga dan rasional therapy yang diberikan.
·
Berikan
dukungan pada keluarga untuk memilih atau mendapatkan pengobatan lain yang
lebih baik.
·
Jelaskan
pada keluarga tentang persiapan / tindakan yang akan dilakukan
|
8
|
Cemas berhubungan dengan krisis situasional,
hospitalisasi
|
Pengurangan
kecemasan
·
Bina
hubungan saling percaya.
·
Kaji
kecemasan keluarga dan identifikasi kecemasan pada keluarga.
·
Kaji
tingkat pengetahuan dan persepsi pasien dari stress situasional.
·
Berikan
informasi factual tentang diagnosa dan program tindakan.
·
Temani
keluarga pasien untuk mengurangi ketakutan dan memberikan keamanan.
·
Anjurkan
keluarga untuk mendampingi pasien.
·
Berikan
sesuatu objek sebagai sesuatu simbol untuk mengurang kecemasan orangtua.
·
Dengarkan
keluhan keluarga.
·
Ciptakan
lingkungan yang nyaman.
·
Alihkan
perhatian keluarga untuk mnegurangi kecemasan keluarga.
·
Bantu
keluarga dalam mengambil keputusan.
·
Instruksikan
keluarga untuk melakukan teknik relaksasi.
|
Subscribe to:
Posts (Atom)